Tentang Persaingan


Ada hal yang menarik saat mengikuti mata kuliah analisis peubah ganda kemaren (bahasa kerennya MTV : multivariate analysis). Absolutely, bukan karena mata kuliahnya yang seasoi musik-musik di mtv yang ada di tv itu. Eh, tapi ini juga masuk ke bagian mata kuliah itu ding, hihihihi…

Sesuai dengan judul tulisan ini, saya akan mengawalinya dengan kata ‘persaingan’. Pernahkan anda dengar tentang suatu persaingan? Pasti sering dong. Mau menjadi manusia saja harus melewati persaingan kok. Ingat kan kalo kita itu dari sperma terbaik ayah kita? Ya, hanya sperma terbaiklah yang bisa membuahi ovum ibu dan jadilah embrio kita yang masih ‘sederhana’. Proses pembuahan tidak segampang itu. Sperma terbaik tadi harus mengalahkan jutaan sperma-sperma lain yang asalnya sama untuk bisa menjadi ‘juara’. Yang kuatlah yang menang. See? Subhanallah, kita masih menjad embrio saja sudah melewati persaingan yang sedemikian rupa ya πŸ™‚

Itu baru menjadi embrio. Bagaimana setelah itu? Dari bayi yang lahir hinggas usia kita sekarang, sudah tak terhitung lagi berapa banyak persaingan yang kita hadapi. Mulai dari hal yang remeh temeh, seperti rebutan mainan sama adek pas masih kecil, sampai hal yang besar seperti rebutan kursi di perguruan tinggi. Sejauh itu, apakah anda sudah merasakan apa yang namanya persaingan sesungguhnya?

Lalu, mungkin anda sekalian bertanya-tanya. Apa hubungannya antara mata kuliah analisis peubah ganda tadi dengan persaingan? Saya menemukan suatu korelasi yang bisa saya terapakan. Mungkin juga anda πŸ™‚

Bagi anda yang pernah belajar tentang ilmu statistik dasar di perkuliahan, pasti tau yang namanya suatu uji yang namanya uji data berpasangan. Fyi, di kampus saya (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) materi itu udah diajarkan di semester 3 di mata kuliah metode statistik 2, tapi di review lagi di mata kuliah analisis peubah ganda ini. Saya tidak akan membahas materinya secara lengkap seperti di buku ataupun penerapan/aplikasi soalnya, tapi saya akan membahas apa yang sebenarnya dimaksud dalam uji ini. Ini hanya menurut opini saya pribadi, dan harap diingat saya belum ahli statistik πŸ™‚

Uji data berpasangan dilakukan pada data eksperimen yang mana akan dilihat efeknya setelah mendapat perlakuan tertentu. Misalnya, untuk melihat apakah ada pengaruh pada suatu tanaman sebelum dan sesudah mendapat pupuk jenis X. Selain itu, data berpasangan bisa juga diterapkan pada 2 populasi sampel yang diberi perlakuan berbeda dengan syarat karakteristik dari populasi sampel tersebut hampir sama. Misalnya aja, pengaruh ruang ujian ber-AC dan bukan AC pada mahasiswa. Penelitian dilakukan pada waktu yang sama. Mahasiswa yang dipakai untuk diteliti tentu saja yang karakteristiknya hampir sama. Apa yang bisa dilihat dari karakteristik yang hampir sama tersebut? IPK misalnya. Untuk selanjutnya, penelitian tanaman kita sebut contoh 1 dan penelitian mahasiswa kita sebut contoh 2.

Pertanyaannya sama sih, apakah ada perbedaan antara kondisi sebelum dan sesudah. Sebelum dan sesudah diberi pupuk. Sebelum dan sesudah dipasang AC (asumsikan yang non AC=belum dipasang AC). Perhatikan kondisi sampelnya. Contoh 1, sampelnya berupa obyek yang sama persis (dirinya sendiri, si tanaman). Contoh 2, sampelnya berupa 2 obyek yang dicari semirip mungkin. Kalau anda menjadi peneliti, bisakah anda mencari obyek penelitian yang semirip mungkin? Berapa persentase kemiripannya? Saya rasa susah, di dunia ini tidak ada yangΒ  mirip bukan? Dalam penelitian pun, saya rasa yang contoh 1 lah yang hasilnya valid, contoh 2 masih relatif.

Analog dengan deskripsi di atas.

Banyak orang yang menganggap orang lain sebagai teman dalam persaingan. Padahal, menurut saya, ‘teman persaingan’ itu adalah diri kita sendiri. Persaingan yang sesungguhnya itu adalah persaingan dalam diri kita sendiri dari waktu ke waktu. Analog dengan contoh di atas. Orang lain tentu saja berbeda dengan diri kita sendiri, entah itu kondisinya, lingkungannya, dll. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, mencari suatu hal yang mirip di dunia ini sangat susah, bahkan hampir mustahil. Orang kembar pun pasti ada perbedaannya kan? In short, suatu hal yang aneh saat kita membandingkan-bandingkan diri kita sendiri dengan orang lain. Bandinginnya sama diri kita sendiri aja dong. Boleh sih bandingin ke orang lain, tapi jangan sering-sering aja, hehehe….

Jadi, yuk perbaiki diri sendiri. Mari bersaing dengan diri kita sendiri. Siapa yang hari ini lebih baik dari kemaren, maka dia orang yang beruntung. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemaren, maka dia orang yang merugi. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemaren, maka dia orang yang celaka.